SURABAYA - Dekan FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, Muhammad Thohir, dalam menghadapi tantangan digital abad 21, meminta kepemimpinan perguruan tinggi Islam saat ini agar lebih berani. Terutama, terkait dengan pengambilan keputusan bagaimana kampus memberikan penguatan kolaborasi kelembagaan dan peningkatan pelibatan kemasyarakatan.
Thohir menjelaskan, kolaborasi kelembagaan memberikan peluang membangun kapasitas dan kualitas bersama, dari pada kompetisi yang cenderung saling menjatuhkan, baik akademik maupun non akademik.
Baca juga:
BEM FPIK Gelar Semnas AEMPIKSI
|
Sedangkan peningkatan pelibatan kemasyarakatan akan menumbuhkan brand awareness dan brand loyality, yang akhirnya memberikan dampak positif berkelanjutan terhadap kemanusiaan dan kampus itu sendiri.
Guru besar Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Ampel ini memberikan contoh, bagaimana kepemimpinan di kampusnya menghadapi perubahan. Dia menceritakan bagaimana Rektor UIN Sunan Ampel, Akh Muzakki, telah memancang 5 pilar untuk memperkokoh manajemen. Yaitu, writers university, enganged university, home for Indonesian Islam, pro poor university, dan entrepreneur university.
“Kelima pilar ini menjadi acuan manajemen strategik UIN Sunan Ampel menuju predikat 10 kampus terbaik Asia di era digital. Untuk mewujudkannya, diperlukan figur kepemimpinan digital yang kuat di semua unit kerja. Sebuah kepemimpinan yang mampu mengawal perubahan dan pemanfaatan teknologi cerdas, baik di level mikro, meso dan makro, ” kata Thohir dalam Seminar internasional di UNISZA Trengganu, Malaysia, Selasa (21/3/2023).
Mengakhiri paparannya dalam seminar bertemaThe Challenges of Islamic University Management in the 21th Century itu, Thohir menawarkan 4 konsep tahapan kepemimpinan digital untuk mewujudkan peradaban cerdas di kampus Islam, yaitu adaptasi platform teknologi, otomatisasi sistem manajemen mutu, optimalisasi sumber daya lingkungan, dan penguatan spirit moderasi beragama. (*)